Indonesia Adalah Negara Agraris yang Terancam. Profesi Petani Diperkirakan Akan Punah 50 Tahun Lagi

Sudah jadi sebuah rahasia umum, Indonesia kian berkembang di tengah arus modernisasi.

Resep pempek tanpa ikan tapi tetap sedap

Ingin bikin pempek tapi nggak punya bahan ikan di rumah?

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 18 Januari 2018

Petani Digusur, Indonesia Darurat Agraria

Petani Digusur, Indonesia Darurat Agraria


Indonesia dikenal dengan sebutan negara agraris. Penyematan nama tersebut bukan tanpa alasan. Sebagian besar masyarakat Indonesia bercocok tanam sebagai mata pencarian mereka. Jelas saja para petani Indonesia sangat bergantung pada lahan yang akan mereka garap.
Namun, apa jadinya jika lahan pertanian semakin menyusut? Salah satu penyebab menyusutnya lahan pertanian di Indonesia adalah pengalihfungsian lahan tersebut. Pembangunan hotel, apartemen, dan bandara misal. Mengutip detik.com, rata-rata setiap tahunnya 50 ribu hektar lahan pertanian dikeringkan untuk dijadikan areal industri. Sehingga lahan yang dianggap strategis dipaksa untuk mengalah. Mereka (Pemerintah terkait dan investor, red) melakukan hal tersebut dengan dalih pembangunan.
Permasalahan lain muncul. Masyarakat yang tidak setuju lahannya digusur, akan bersikukuh mempertahankan hak miliknya. Mata petani tidak akan hijau walau di iming-imingi dengan uang. Bertani bagi petani merupakan pekerjaan yang mulia. Bercocok tanam merupakan identitas masyarakat kita. 
Tanpa lahan, petani akan kesulitan mencari penghidupan—apalagi bercocok tanam merupakan warisan leluhur kita. Jika lahan hilang anak cucu mereka makan apa? masa depan mereka bagaimana? lalu apakah sekarung uang bisa membuat mereka bahagia? Pertanyaan tersebut harusnya menjadi pertimbangan pemerintah kita. Agar petani tidak kehilangan mata pencarian utama mereka.
Penggusuran berdalih pembangunan terus menuai pro dan kontra. Beberapa daerah yang terkena dampak penggusuran dengan dalih pembangunan adalah masyarakat Temon, Kulon Progo, Yogyakarta dan Sukamulya, Majalengka Jawa Barat. Dua daerah tersebut memiliki kesamaan. Masyarakat diatas menolak lahannya digusur untuk pembangunan bandara Internasional. Penolakan tersebut terus dilakukan hingga saat ini. Bahkan demi mempertahankan tanah hak miliknya mereka harus berurusan dengan pihak kepolisian.
Baru-baru ini enam petani Sukamulya ditahan pihak kepolisian. Alasan penahan karena mereka dianggap sebagai provokator dalam aksi yang dilakukan. Saat Pemerintah terkait hendak melakukan pengukuran tanah, ratusan masyarakat yang menolak melakukan aksi di tengah sawah. Anehnya lagi ribuan aparat bersenjata telah berjaga-jaga di lokasi. Suasana pecah ketika aparat menembakan gas air mata ke arah kerumunan massa. Sontak hal tersebut membuat massa berhamburan. Beberapa petani yang tertangkap diatas juga mengalami lebam dibagian wajah.
Lahan petani di Sukamulya direncanakan akan dibangun Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB). Menurut data BPJS sebanyak 4.693 jiwa dengan 1.595 keluarga daerah tersebut akan kehilangan mata pencarian. Padahal sebagian besar pekerjaan masyarakat Sukamulya adalah bercocok tanam. Namun, dengan adanya rencana penggusran tersebut akan mengancam masyarakat Sukamulya.
Pun sama halnya dengan masyarakat Temon, Kulon Progo. Mereka juga menolak adanya pembangunan Bandara Internasional Kulon Progo (New Yogyakarta Internasional Airport). Untuk membangun bandara tersebut akan memakan lahan hijau sekitar 111 hektar. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono memprediksi, dalam waktu lima tahun ke depan lahan pertanian di wilayah tersebut akan berkurang hingga 300 hektar. 
Maka para petani akan kehilangan lahan serta mata pencarian meraka. Tidak hanya itu saja para petani juga harus rela direlokasi. Sebab pembangunan bandara tersebut juga akan memakan lahan pemukiman warga. Terdapat sekitar 2875 Kepala Keluarga atau 11.501 jiwa yang akan terkena dampak penggusuran.
Konsep kedaulatan pangan yang di gadang-gadang Pemerintahan Jokowi-JK yang termaktub dalam Nawacitanya perlu dipertanyakan. Penggusuran demi penggusuran lahan produktif terus terjadi di Tanah Air. Berdasarkan data Serikat Petani Indonesia, selama tahun 2007 saja tercatat 76 kasus konflik agraria di Indonesia. 
Lebih dari 196.179 hektar lahan petani dirampas dan lebih dari 24.257 KK petani terusir dari lahan pertaniannya Jika lahan pertanian terus dikikis, maka kedaulatan pangan yang di cita-citakan akan sia-sia belaka. Belum lagi masyarakat yang kehilangan mata pencarian hanya akan menambah daftar pengangguran.
Pemerintah seharusnya turun langsung ke lapangan melihat realitas yang ada. Para petani puluhan tahun bercocok tanam. Namun, tiba-tiba datang investor mematok tanah hak milik mereka dengan dalih pembangunan. Sungguh malang nasib para petani Indonesia. Mereka harus mati-matian membela tanahnya dari penggusuran lahan.

*Data dikutip dari berbagai sumber

Minat Generasi Muda pada Pertanian Terus Menurun

Foto workshop, (sumber beritasatu.com)

Minat dan partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian terus menurun. Ada sejumlah penyebab, seperti pertanian dianggap tidak mampu menopang masa depan, akses lahan dan modal yang terbatas, dan minimnya berbagai dukungan lain bagi generasi muda. Ini menyebabkan potensi pertanian tidak bisa digarap optimal.
Demikian hal yang mengemuka dalam workshop tentang kaum tani dan generasi muda di Jakarta, Selasa (15/11). Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari penelitian Mondelez Indonesia bersama dengan Universitas Gadjah Mada dan SurveyMETER pada enam kabupaten di Sumatera dan Sulawesi.
Menurut guru besar UGM Irwan Abdullah, dari penelitian yang dilakukan pada petani kakao, memperlihatkan rendahnya partisipasi kaum muda baik yang bekerja secara langsung ataupun yang membantu orang tua atau pihak lainnya. Petani kakao masih didominasi oleh petani dengan lahan kecil yang berusia di atas 40 tahun.
Disebutkan, partisipasi kaum muda yang bekerja langsung di sektor kakao pada kelompok usia 18-24 tahun sebesar 4% dan kelompok 25-31 tahun sebesar 21%. Adapun persentase keterlibatan kaum muda untuk membantu orang tua/pihak lainnya di sektor pertanian kakao juga menunjukkan angka rendah. Pada kelompok usia 18-24 tahun dan 25-35 tahun partisipasi hanya sebesar 31% dan 25%. “Potensi pertanian Indonesia tidak diiringi ketertarikan dan partisipasi kaum muda di sektor pertanian kakao yang dapat berdampak pada keberlanjutan sektor ini,” katanya.
Nono Rusono dari Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas menyebutkan ada beberapa kendala yang dihadapi generasi muda dalam pertanian, seperti akses terhadap sumber lahan yang terbatas, akses terhadap pelayanan finansial juga sedikit, dan minimnya akses terhadap pasar serta teknologi baru untuk berpartisipasi dalam rantai nilai tambah pertanian. “Ini yang menyebabkan generasi muda melihat pertanian menjadi sektor yang tidak menjanjikan. Kondisi ini tidak saja dialami agribisnis kakao, tetapi hampir semua subsektor pertanian,” ujarnya. Hal itu belum termasuk menurunnya minat lulusan sarjana pertanian yang mau bekerja di sektor pertanian.
Menurut Siswoyo yang juga Kepala Bidang Penyelenggaraan Pendidikan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kemtan mengatakan untuk menarik minat generasi muda maka perlu diberikan pelatihan dan insentif dalam aktivitas pertanian. Salah satu program yang sedang digalakkan adalah Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).

Ini Syarat Agar Sektor Pertanian Indonesia Mandiri

Sawah (Ilustrasi)

Sektor pertanian Indonesia saat ini belum sepenuhnya mandiri. Salah satunya terkait penyediaan alat-alat pertanian yang hingga kini harus impor.  
Sebab itu, pemerintah dinilai perlu melakukan pembenahan menyeluruh dari sisi data maupun kebijakan pertanian yang berkaitan dengan industri, untuk mendukung pertanian dan industri nasional.
Ini diungkapkan Pengamat Ekonomi Pertanian dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) Ricky Avenzora yang mengatakan sejatinya, Indonesia sudah mumpuni dalam hal memperkuat sektor pertanian. Sehingga tidak perlu bergantung dari impor.
"Pertanian haruslah bukan hanya dimaknai sebagai sektor pembangunan, bukan pula hanya sebagai komoditas ekonomi, maupun hanya sebagai cultural history saja. Secara hakekat, pertanian haruslah dimaknai dan dinyatakan sebagai soko-guru kehidupan," jelas dia, Selasa (21/3/2017). 
Sebagai contoh kasus impor kepala cangkul beberapa waktu lalu yang menjadi bukti industri nasional masih belum terintegrasi dari hulu ke hilir. Di mana bahan baku baja yang kebutuhan produksi cangkul industri dalam negeri tak tersedia.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, pemerintah mengimpor kepala cangkul sebanyak 86.160 unit melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Jumlah tersebut sebesar 5,7 persen dari keseluruhan izin impor yang diberikan Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebanyak 1,5 juta unit.
Kebutuhan cangkul nasional rata-rata sebesar 10 juta unit per tahun dan belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri.
Jangankan untuk memproduksi  cangkul, Indonesia dinilai sebenarnya sudah lama mampu menciptakan berbagai prasyarat memperkuat sektor pertanian.
Fenomena impor cangkul, itu juga bisa memberi sinyal tidak sinkronnya berbagai lembaga kementerian dan perusahaan BUMN dalam mendukung industri dan pertanian nasional.
Untuk itu, kata Ricky, perlu political orietation dan political will dalam membangun pertanian tidak boleh lekang oleh perubahan rezim pemerintah, serta juga tidak boleh lapuk oleh paradigma modernisasi dan teknologi.
Sehingga, setiap petani, baik pada tataran individu maupun komunal,  beserta satuan ruang yang menjadi tempat tercipta dan terjadinya rangkaian dinamika pertanian, harus  menjadi subjek utama yang harus selalu dijaga, diperkokoh dan diperbesar eksistensinya.
"Adapun jenis, kualitas serta kuantitas komoditas pertanian yang dipilih output yang harus direncanakan pencapaiannya utk menjamin terciptanya kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia," jelas dia.
Dia mengatakan, ada sejumlah prasyarat agar sektor pertanian bisa mandiri. Pertama, adanya kesadaran yang tinggi akan hakekat pertanian, kedua; adanya kesungguhan goodwill pemerintah untuk  menegakan hakekat pertanian, dan juga perlu dibuat  UU Pertanian. Pertanian, terbukti, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Berbagai komoditas yang dihasilkan pada berbagai jenis/kelompok kegiatan pertanian, hanyalah merupakan suatu bentuk compliment dari berbagai proses dan fase kegiatan yang dilakukan.
Demikian juga dengan berbagai nilai ekonomi yang didapatkan, tak lain sesungguhnya hanyalah merupakan decorative values dari semua kegiatan yang dilakukan.
"Jika kita semua mampu menyadari hakekat tersebut, maka berikutnya kita semua juga harus sepakat bahwa suatu soko-guru haruslah dijaga, dirawat dan terus diperbesar serta diperkokoh eksistensinya," dia menandaskan.
Semua itu hanya akan dicapai, jika anggaran pertanian, kehutanan dan perkebunan bisa dialokasikan pada besaran 15 persen dari APBN secara kontinyu setidaknya hingga 25 tahun mendatang.

Cara Petani Madura Olah Singkong Jadi Kerupuk

krupuk singkong
Maridyah, 50 tahun, perajin krupuk singkong di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. tengah menjemur olahan krupuk singkong di teras langgarnya. (Liputan6.com/Musthofa Aldo)
Dalam "katalog" pertanian Indonesia, barangkali menanam singkong bukan prioritas utama petani. Salah satu sebabnya, nilai keekonomian singkong kalah dibanding komoditas pertanian lain, seperti padi, jagung, kacang tanah, dan cabai. Singkong hanya ditanam di lahan yang dianggap tidak terlalu produktif.
Namun, petani di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Punya cara "memuliakan" singkong sehingga harganya lebih ekonomis bahkan tak malu untuk dijadikan buah tangan. Mereka olah singkong jadi kerupuk.

Ide kreatif itu barangkali muncul karena kondisi alam di Desa Jaddih. Lahan di sana, baik sawah dan tegalan, merupakan tadah hujan. Kondisi itu membuat petani Jaddih hanya bertani sekali dalam setahun, yakni saat musim hujan. Saat kemarau, aktivitas pertanian berhenti total.

Karena hanya bercocok tanam sekali dalam setahun, komoditas utama pertanian di Jaddih tak beragam, hanya padi dan kacang tanah. Padi ditanam di sawah, kacang ditanam di lahan tegalan. Khusus di lahan tegalan, petani menerapkan sistem bercocok tanam "tumpang sari". Maksdunya, dalam satu lahan ada dua jenis yang ditanam, yaitu kacang dan singkong. Singkong ditanam di pinggiran pematang.

Sistem tumpang sari rupanya jadi penyelamat. Saat kemarau, dapur tetap ngebul. Selain merawat ternak, petani mengisi waktu dengan jadi perajin kerupuk singkong.

"Hasilnya cukup buat menyambung hidup dan membiayai anak di pesantren," kata Mardiyah, warga Jaddih yang menekuni olahan kerupuk singkong.

Saat saya temui, Mardiyah sedang menjemur kerupuk di teras langgar. Dia memakai caping untuk menghalau terik matahari. Ada dua jenis kerupuk yang ia jemur, satu polosan dan satu lagi diberi pewarna makanan. Ia memberi kombinasi warna merah, kuning, dan hijau agar tampilan lebih menarik pembeli."Harganya sama, Rp 11 ribu per kilogram," kata dia.

Mardiyah menjelaskan, kerupuk singkongnya laris manis dan dia tak perlu menjualnya ke pengepul di pasar. Pembeli datang langsung ke rumahnya. Biasanya untuk dijadikan camilan atau oleh-oleh.
"Kalau lagi sepi pembeli, terpaksa dijual ke pengepul," ujar dia.

MotoGP Dianggap Perlu Adopsi Sistem Transfer Sepak Bola

Bradley Smith, MotoGP
MotoGP 2017 menjadi musim perdana Bradley Smith sebagai pembalap tim pabrikan. (Peter PARKS / AFP)

Tidak ada salahnya gelaran MotoGP mengadopsi sistem dalam bursa transfer seperti yang dijalani oleh sepak bola profesional. Hal ini agar proses negosiasi tim dengan pembalap incaran berjalan sehat dan tidak menimbulkan konflik di masa mendatang.
Itu sebagaimana disampaikan pembalap tim KTM, Bradley Smith. Masa depan pembalap asal Inggris sempat tak menentu pada musim lalu. Hal ini diiringi spekulasi bahwa ia bakal digantikan pembalap penguji, Mika Kallio, menyusul hasil buruk saat balapan.

KTM akhirnya melunak. Tim asal Austria itu akhirnya mempertahankan Smith. Meski demikian, Smith tetap berada dalam periode sulit karena media terus menekannya. 
Berangkat dari pengalaman ini, Smith menilai, alangkah baiknya jika MotoGP mengadopsi bursa transfer seperti sepak bola. Seperti diketahui, di dunia sepak bola, proses negosiasi berjalan dalam dua kali yakni musim panss (Juni) dan musim dingin (Januari).

"Kami selalu membicarakan kontrak. Jika Anda tidak yakin mengenai beberapa rumor di paddock, maka komidi putar sudah dimulai. Saya pernah berbicara dengan Marc (Marquez) dalam penerbangan kembali dari Malaysia, dan pembicaraan itu mengenai bursa transfer pembalap menjadi gila," kata Smith seperti dikutip dari Motorsport, Kamis (18/1/2018).

MotoGP 2018: Yamaha Kehilangan Pembalap Berbakat

Jonas Folger

Kabar menyedihkan datang dari pembalap MotoGP tim Yamaha Tech 3. Jonas Folger memastikan diri absen di gelaran MotoGP musim ini karena sakit.

"Saya sangat sedih menulis ini, tapi saya akan absen membalap di MotoGP 2018," tulis Folger lewat akun twitternya, @JonasFolger94.

Folger sebelumnya telah absen di tiga seri terakhir MotoGP musim lalu. Setelah didiagnosis, ia menderita penyakit yang disebut sindrom Gilbert. Sindrom ini menyebabkan hati penderitanya tidak berfungsi secara normal.

Awalnya, Folger sempat mengetahui jenis penyakitnya. Namun setelah melewati diagnosis di tanah airnya, Jerman, pembalap berusia 24 tahun ini diketahui menderita sindrom Gilbert.

Folger pun sempat menyatakan bakal kembali secepat mungkin. "Saya akan kembali dengan lebih kuat dan bersaing di papan atas MotoGP," ujarnya November tahun lalu.

Kontrak Baru, Klausul Pelepasan Pique Capai Rp 8 Triliun

Bek FC Barcelona, Gerard Pique (kiri), merayakan gol ke gawang Borussia Moenchengladbach bersama rekan-rekannya, dalam laga Liga Champions di Borussia Park, 28 September 2016.
Bek FC BarcelonaGerard Pique, resmi memperpanjang masa kerjanya. Dia akan bertahan di klub Catalan tersebut sampai 2022.

Dilansir BolaSport.com dari Goal.com, Pique menandatangani perpanjangan kontrak pada Kamis (18/1/2018). FC Barcelona pun mencantumkan nilai klausul pelepasan di kontraknya sejumlah 500 juta euro. Jumlah tersebut setara dengan Rp 8,1 triliun.

Blaugrana ditengarai memasang angka setinggi itu untuk memastikan bahwa Pique akan bertahan dalam waktu yang lama di Camp Nou.

Pique adalah produk La Masia, akademi pemain Barcelona. Dia sempat bermain untuk raksasa Inggris, Manchester United, sebelum Barcelona membelinya kembali pada 2008.

Sejak saat itu, Pique menjadi bagian dari skuad Barcelona memenangi banyak trofi. Bek berusia 30 tahun itu sudah memenangi banyak gelar bergengsi bersama Barcelona.

Total, dia memenangi enam trofi Liga Spanyol, tiga gelar Liga Champions, lima Copa del Rey, lima Piala Super Spanyol, tiga Piala Super Eropa dan tiga Piala Dunia Antarklub.

Dia juga sudah bermain 421 kali dan mencetak 37 gol. Pada musim 2017-2018, Pique sudah tampil 25 kali dalam semua ajang dan mencetak dua gol. (Lariza Oky Adisty)

Petani Digusur, Indonesia Darurat Agraria

Indonesia dikenal dengan sebutan negara agraris. Penyematan nama tersebut bukan tanpa alasan. Sebagian besar masyarakat Indonesia be...