Anggota Komisi VI DPR Fraksi PDIP Rieke Diah Pitaloka menunjukkan tulisan tolak impor beras saat mengikuti Rapat Kerja dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/1/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan |
Anggota Komisi VI DPR, Rieke Diah Pitaloka menentang rencana impor beras sebanyak 500 ribu ton menjelang panen raya antara Februari-Maret 2018 mendatang.
Rieke berpendapat, BULOG terbukti gagal menyerap produksi beras dari petani. Ia menyatakan, sepanjang Januari-Desember 2017, realisasi serapan BULOG turun sebesar 27 persen dibandingkan 2016, yakni sebesar 2,16 juta ton.
“Pada saat panen raya idealnya hampir terserap 70 persen, namun realisasinya masih 42 persen. Persoalannya adalah daya serap BULOG minim, kalau serap segitu berarti ada yang tidak terserap,” kata Rieke di Jakarta, Kamis (18/1/2018).
Selama ini, kata dia, ketersediaan beras masih berada di tingkat petani dan pedagang karena BULOG tidak optimal dalam menyerap produksi beras. Ia mendesak perlu adanya penyelidikan kinerja BULOG.
Tidak hanya pada kemampuan menyerap, manajemen keuangan BULOG juga dianggap Rieke bermasalah, sehingga BULOG harus diaudit secara keuangan dan manajemen.
“Subdivre Semarang terjadi penyelewengan beras dengan kerugian Rp6,3 miliar, mantan kepala BULOG baru Semarang korupsi kasus stok beras, juru timbang gudang BULOG Semarang gelapkan Rp6 miliar, kepala BULOG Lahat oplos beras. Bahkan Djarot, Direktur Utama BULOG sebagai saksi suap kasus penambahan kuota gula impor,” kata Rieke.
Ia juga menyebutkan sejak 2015 hingga sekarang BULOG belum memberikan deviden kepada negara. Padahal, setiap tahunnya BULOG mendapatkan anggaran Penyertaan Modal Negara (PMN).
PMN pada 2015 sebesar Rp3 triliun, kemudian pada 2016 hingga 2018 BULOG menerima PMN sebesar Rp2 triliun.
“BULOG mengakusisi 70 persen saham PT Gendis Manis Rp77 miliar, dan mempunyai tanggungan BRI Rp885,4 miliar dengan indikasi pembelian adanya persoalan-persolan serius. Jadi, betul kalau BULOG tidak punya uang karena sampai sekarang enggak ngasih dividen,” ungkapnya.
Selain persoalan korporasi BULOG, Rieke kemudian menyebutkan bahwa waktu target masuknya beras impor tidak relevan. Ia memperhitungkan impor masuk sekitar 1-2 bulan.
“Artinya keluarnya Februari, Maret, April. Kalau diputuskan oke impor beras, beras dateng seminggu, berarti ada kongkalingkong. Kalau ditentukan impor saat ini, tidak ujuk-ujuk dateng saat ini juga,” lontarnya.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar