Foto workshop, (sumber beritasatu.com) |
Minat dan partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian terus menurun. Ada sejumlah penyebab, seperti pertanian dianggap tidak mampu menopang masa depan, akses lahan dan modal yang terbatas, dan minimnya berbagai dukungan lain bagi generasi muda. Ini menyebabkan potensi pertanian tidak bisa digarap optimal.
Demikian hal yang mengemuka dalam workshop tentang kaum tani dan generasi muda di Jakarta, Selasa (15/11). Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari penelitian Mondelez Indonesia bersama dengan Universitas Gadjah Mada dan SurveyMETER pada enam kabupaten di Sumatera dan Sulawesi.
Menurut guru besar UGM Irwan Abdullah, dari penelitian yang dilakukan pada petani kakao, memperlihatkan rendahnya partisipasi kaum muda baik yang bekerja secara langsung ataupun yang membantu orang tua atau pihak lainnya. Petani kakao masih didominasi oleh petani dengan lahan kecil yang berusia di atas 40 tahun.
Disebutkan, partisipasi kaum muda yang bekerja langsung di sektor kakao pada kelompok usia 18-24 tahun sebesar 4% dan kelompok 25-31 tahun sebesar 21%. Adapun persentase keterlibatan kaum muda untuk membantu orang tua/pihak lainnya di sektor pertanian kakao juga menunjukkan angka rendah. Pada kelompok usia 18-24 tahun dan 25-35 tahun partisipasi hanya sebesar 31% dan 25%. “Potensi pertanian Indonesia tidak diiringi ketertarikan dan partisipasi kaum muda di sektor pertanian kakao yang dapat berdampak pada keberlanjutan sektor ini,” katanya.
Nono Rusono dari Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas menyebutkan ada beberapa kendala yang dihadapi generasi muda dalam pertanian, seperti akses terhadap sumber lahan yang terbatas, akses terhadap pelayanan finansial juga sedikit, dan minimnya akses terhadap pasar serta teknologi baru untuk berpartisipasi dalam rantai nilai tambah pertanian. “Ini yang menyebabkan generasi muda melihat pertanian menjadi sektor yang tidak menjanjikan. Kondisi ini tidak saja dialami agribisnis kakao, tetapi hampir semua subsektor pertanian,” ujarnya. Hal itu belum termasuk menurunnya minat lulusan sarjana pertanian yang mau bekerja di sektor pertanian.
Menurut Siswoyo yang juga Kepala Bidang Penyelenggaraan Pendidikan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kemtan mengatakan untuk menarik minat generasi muda maka perlu diberikan pelatihan dan insentif dalam aktivitas pertanian. Salah satu program yang sedang digalakkan adalah Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).
0 komentar:
Posting Komentar